Sebuah Kutipan seorang sahabat EL yang sebagai SEKJEN DPP AELI - Gigih Gesang
Outbound itu memang seharusnya Murah
Oleh Gigih Gesang
Sekjen DPP AELI 2016-2019
Sejak menjabat menjadi Sekjen AELI 3 tahun lalu bahkan hingga beberapa hari yang lewat saya selalu mendapat curhatan mengenai pasar Outbound yang dirasa sudah sangat tidak sehat. Semua provider Outbound berlomba-lomba banting-membanting harga memberikan harga paling murah untuk menjaring minat klien.
Saya sebenernya bingung kenapa polemik ini masih saja muncul hingga saat ini bahkan setelah hampir 12 tahun AELI berdiri. Iya, sejak tahun 2007 AELI berdiri, polemik banting-bantingan harga sudah ada. Bahkan bocorannya, salah satu alasan AELI berdiri ya soal perang harga ini. Ada kekhawatiran dr para pendiri dan pendukung berdirinya AELI jualan Outbound murah akan mengesampingkan standar keilmuan dan keselamatan sehingga akan merugikan peserta dan atau klien.
Sebenarnya sudah sejak lama saya memiliki hipotesa kenapa hal ini terjadi. Tapi agak kurang berani menyampaikannya secara terbuka krn pasti akan memicu polemik di jagat per-outbound-an Nusantara. Tapi akhirnya saya mencoba memberanikan diri menulis pendapat saya ini. Toh kebebasan berpendapat dilindungi oleh Undang-undang. Bahkan oleh Undang-Undang Dasar kita pasal 28 tepatnya.
Saya memiliki hipotesa bahwa seharusnya Outbound itu dijual dengan Murah. Iya betul, seharusnya Outbound itu Murah. Dan seharusnya polemik Outbound Murah ini sudah tidak terjadi lagi karena sudah seperti itulah kenyataannya.
Tulisan ini mencoba untuk memberikan justifikasi (baca: pembenaran) atas hipotesa saya di atas. Biar lebih fair mari kita uji hipotesa dengan bbrp parameter yg terukur biar tulisan ini seolah-olah ilmiah 😝
Untuk mendukung ke-sok-ilmiahan saya, mari kita telaah fenomena ini dengan bbrp tools analisa yg biasanya saya pakai untuk membantu klien saya dalam merancang, menganalisa dan mengembangkan Tim, Organisasi dan Bisnis mereka.
Saya berencana menggunakan teori pembentukan harga pasar, Porter's Five Forces Model dan Product Life Cycle untuk mendukung hipotesa saya soal Outbound itu seharusnya murah. Tapi jika saya gunakan semua tools itu sepertinya tulisan ini akan (ke)terlalu(an) panjang(nya). Jadi kita pake salah satu saja yah (ngeles padahal males 🤣)
Ya sudah, cukup prolognya. Kita masuk ke menu utama kenapa saya berani bilang Outbound itu harusnya Murah.
Tapi sebelum masuk ke kesimpulan dan setelah saya sampaikan latar belakang tulisan, maka yg harus dilakukan agar tulisan ini seolah-olah ilmiah adalah menentukan definisi dr hal yg dibahas dalam tulisan ini. Biasanya dalam pembuatan skripsi tahap ini masuk di Bab II yaitu landasan teori.
Ada dua hal yg kita bahas yaitu Outbound dan Murah. Maka mari kita telaah dulu definisi masing2 kata itu sebelum masuk ke pembahasan dan kesimpulan.
Jujur saya kesulitan untuk menemukan dasar teori yg tepat utk mendefinisikan Outbound. Kalau kata Murah relatif lebih mudah dicari definisi nya, cari di KBBI langsung dapat. Murah adalah harga yang dianggap lebih rendah dari harga yang berlaku di pasaran. Syukurlah satu tugas untuk cari definisi sudah selesai. Yuk kita lanjut lagi cari definisi Outbound yg susah tadi. Semoga bisa ketemu dengan bantuan sang mesin pencari.
Baiklah, gantian saya yang curhat ya pemirsa. Sejujurnya saya makin pusing setelah mencoba mencari tahu definisi Outbound. Banyak sekali perbedaan definisi outbound yg disampaikan oleh berbagai macam dan jenis provider Outbound seantero Indonesia. Saya anjurkan bagi Anda yang tidak ingin rusak mood nya, jangan pernah sekali-kali mencoba mencari tahu dan merumuskan definisi Outbound, saya jamin Anda sakit kepala.
Setelah saya telaah, ketidakjelasan definisi Outbound inilah biang kerok perkara Outbound Murah dan jenuhnya industri per-Outbound-an.
Dari sekian banyak laman yg saya telusuri untuk mencari tahu definisi Outbound, ditemukan banyak sekali perbedaan dalam menerangkan apa itu Outbound. Dan belum ada rujukan ilmiah yg saya dapat tentang definisi Outbound. Adanya definisi yg disampaikan oleh para penyedia jasa Outbound tadi.
Selain rujukan ilmiah, cara lain yg bisa digunakan untuk menentukan definisi adalah dengan menjelaskan langsung aktivitas atau bentuk riil dari definisi yg dimaksud. Nah, parahnya lagi, dari sekian banyak laman yang mengklaim diri sebagai penyedia jasa Outbound, bentuk turunan kegiatan dari Outbound ini juga beragam. Makin pusinglah saya. Tolong diingat anjuran saya tadi ya jangan coba-coba mendefinisikan istilah Outbound. Dijamin sakit kepala dan merusak mood. Dan tolong jangan tanyakan juga kenapa saya tetap melakukan ini padahal jelas berdampak buruk bagi saya 😅
Kegiatan anak sekolah bercocok tanam dibilang Outbound, main flying fox dan aktivitas Highrope lain juga dibilang Outbound, panahan dibilang Outbound, maen offroad katanya Outbound juga, gathering karyawan perusahaan dibilang Outbound, jalan-jalan ke luar kota dibilang Outbound juga, latihan jungle survival dibilang Outbound, dan ada juga training di luar ruang dengan games-games dibilang Outbound bahkan wahana permainan ATV, Inflatabel Giant Air Ball dan segala macam wahana permainan lain juga dibanderol dengan istilah Outbound. Lengkaplah sudah sakit kepala saya 😓
Perbedaan bentuk kegiatan itu juga memunculkan beragam jenis istilah Outbound. Ada Outbound Training, Outbound Bercocok Tanam, Outbound Offroad, Outbound Archery, Outbound Rafting, Outbound Gathering, Outbound Survival, dan Outbound-Outbound lainnya.
Kalau semua hal yg saya sebutkan itu dan mungkin beberapa bentuk kegiatan Outbound lain yang belum saya sebutkan semuanya dinamakan Outbound maka wajar saja kalau akhirnya Harga Outbound jadi Murah.
Masih ingat definisi Murah tadi? Murah adalah harga yang dianggap lebih rendah dari harga yang berlaku di pasaran. Persepsi harga pasar Outbound Training dengan Outbound Gathering pasti berbeda. Begitu juga Outbound Rafting dengan Outbound Offroad. Dan semua Outbound-Outboung yang lain. Jadi wajar saja jika masing-masing Outbound itu akan merasa bahwa Outbound yang lain banting harga dan menjual Outbound Murah. Yang dijual beda tapi namanya sama, ya wajar aja jadi ada mispersepsi harga Murah tadi.
Ini kita belum bahas kebingungan dari sisi klien lho ya. Bayangkan bila ada klien yg memiliki persepsi bahwa Outbound adalah yang begini-begini sehingga harganya harusnya segini, ternyata dapetnya Outbound yang begitu-begitu dengan harga segitu.
Menurut saya sudah jelaslah biang kerok kenapa terjadi polemik banting-bantingan harga Outbound Murah. Jadi sudah cukup ya bahas polemin banting-bantingan harga murah di Industri Outbound.
Eh tapi meskipun sudah tercerahkan kenapa terjadi polemik mispersepsi harga murah tadi, sampai di sini memang belum menjelaskan hipotesa saya soal Outbound seharusnya memang Murah.
Jadi mari kita lanjut sejenak, mungkin bisa disambi dengan minum kopi biar ga ikut sakit kepala kaya saya karena baca tulisan saya yang (ke)terlalu(an) panjang(nya) ini 🙏
Outbound itu memang seharusnya Murah
Oleh Gigih Gesang
Sekjen DPP AELI 2016-2019
Sejak menjabat menjadi Sekjen AELI 3 tahun lalu bahkan hingga beberapa hari yang lewat saya selalu mendapat curhatan mengenai pasar Outbound yang dirasa sudah sangat tidak sehat. Semua provider Outbound berlomba-lomba banting-membanting harga memberikan harga paling murah untuk menjaring minat klien.
Saya sebenernya bingung kenapa polemik ini masih saja muncul hingga saat ini bahkan setelah hampir 12 tahun AELI berdiri. Iya, sejak tahun 2007 AELI berdiri, polemik banting-bantingan harga sudah ada. Bahkan bocorannya, salah satu alasan AELI berdiri ya soal perang harga ini. Ada kekhawatiran dr para pendiri dan pendukung berdirinya AELI jualan Outbound murah akan mengesampingkan standar keilmuan dan keselamatan sehingga akan merugikan peserta dan atau klien.
Sebenarnya sudah sejak lama saya memiliki hipotesa kenapa hal ini terjadi. Tapi agak kurang berani menyampaikannya secara terbuka krn pasti akan memicu polemik di jagat per-outbound-an Nusantara. Tapi akhirnya saya mencoba memberanikan diri menulis pendapat saya ini. Toh kebebasan berpendapat dilindungi oleh Undang-undang. Bahkan oleh Undang-Undang Dasar kita pasal 28 tepatnya.
Saya memiliki hipotesa bahwa seharusnya Outbound itu dijual dengan Murah. Iya betul, seharusnya Outbound itu Murah. Dan seharusnya polemik Outbound Murah ini sudah tidak terjadi lagi karena sudah seperti itulah kenyataannya.
Tulisan ini mencoba untuk memberikan justifikasi (baca: pembenaran) atas hipotesa saya di atas. Biar lebih fair mari kita uji hipotesa dengan bbrp parameter yg terukur biar tulisan ini seolah-olah ilmiah 😝
Untuk mendukung ke-sok-ilmiahan saya, mari kita telaah fenomena ini dengan bbrp tools analisa yg biasanya saya pakai untuk membantu klien saya dalam merancang, menganalisa dan mengembangkan Tim, Organisasi dan Bisnis mereka.
Saya berencana menggunakan teori pembentukan harga pasar, Porter's Five Forces Model dan Product Life Cycle untuk mendukung hipotesa saya soal Outbound itu seharusnya murah. Tapi jika saya gunakan semua tools itu sepertinya tulisan ini akan (ke)terlalu(an) panjang(nya). Jadi kita pake salah satu saja yah (ngeles padahal males 🤣)
Ya sudah, cukup prolognya. Kita masuk ke menu utama kenapa saya berani bilang Outbound itu harusnya Murah.
Tapi sebelum masuk ke kesimpulan dan setelah saya sampaikan latar belakang tulisan, maka yg harus dilakukan agar tulisan ini seolah-olah ilmiah adalah menentukan definisi dr hal yg dibahas dalam tulisan ini. Biasanya dalam pembuatan skripsi tahap ini masuk di Bab II yaitu landasan teori.
Ada dua hal yg kita bahas yaitu Outbound dan Murah. Maka mari kita telaah dulu definisi masing2 kata itu sebelum masuk ke pembahasan dan kesimpulan.
Jujur saya kesulitan untuk menemukan dasar teori yg tepat utk mendefinisikan Outbound. Kalau kata Murah relatif lebih mudah dicari definisi nya, cari di KBBI langsung dapat. Murah adalah harga yang dianggap lebih rendah dari harga yang berlaku di pasaran. Syukurlah satu tugas untuk cari definisi sudah selesai. Yuk kita lanjut lagi cari definisi Outbound yg susah tadi. Semoga bisa ketemu dengan bantuan sang mesin pencari.
Baiklah, gantian saya yang curhat ya pemirsa. Sejujurnya saya makin pusing setelah mencoba mencari tahu definisi Outbound. Banyak sekali perbedaan definisi outbound yg disampaikan oleh berbagai macam dan jenis provider Outbound seantero Indonesia. Saya anjurkan bagi Anda yang tidak ingin rusak mood nya, jangan pernah sekali-kali mencoba mencari tahu dan merumuskan definisi Outbound, saya jamin Anda sakit kepala.
Setelah saya telaah, ketidakjelasan definisi Outbound inilah biang kerok perkara Outbound Murah dan jenuhnya industri per-Outbound-an.
Dari sekian banyak laman yg saya telusuri untuk mencari tahu definisi Outbound, ditemukan banyak sekali perbedaan dalam menerangkan apa itu Outbound. Dan belum ada rujukan ilmiah yg saya dapat tentang definisi Outbound. Adanya definisi yg disampaikan oleh para penyedia jasa Outbound tadi.
Selain rujukan ilmiah, cara lain yg bisa digunakan untuk menentukan definisi adalah dengan menjelaskan langsung aktivitas atau bentuk riil dari definisi yg dimaksud. Nah, parahnya lagi, dari sekian banyak laman yang mengklaim diri sebagai penyedia jasa Outbound, bentuk turunan kegiatan dari Outbound ini juga beragam. Makin pusinglah saya. Tolong diingat anjuran saya tadi ya jangan coba-coba mendefinisikan istilah Outbound. Dijamin sakit kepala dan merusak mood. Dan tolong jangan tanyakan juga kenapa saya tetap melakukan ini padahal jelas berdampak buruk bagi saya 😅
Kegiatan anak sekolah bercocok tanam dibilang Outbound, main flying fox dan aktivitas Highrope lain juga dibilang Outbound, panahan dibilang Outbound, maen offroad katanya Outbound juga, gathering karyawan perusahaan dibilang Outbound, jalan-jalan ke luar kota dibilang Outbound juga, latihan jungle survival dibilang Outbound, dan ada juga training di luar ruang dengan games-games dibilang Outbound bahkan wahana permainan ATV, Inflatabel Giant Air Ball dan segala macam wahana permainan lain juga dibanderol dengan istilah Outbound. Lengkaplah sudah sakit kepala saya 😓
Perbedaan bentuk kegiatan itu juga memunculkan beragam jenis istilah Outbound. Ada Outbound Training, Outbound Bercocok Tanam, Outbound Offroad, Outbound Archery, Outbound Rafting, Outbound Gathering, Outbound Survival, dan Outbound-Outbound lainnya.
Kalau semua hal yg saya sebutkan itu dan mungkin beberapa bentuk kegiatan Outbound lain yang belum saya sebutkan semuanya dinamakan Outbound maka wajar saja kalau akhirnya Harga Outbound jadi Murah.
Masih ingat definisi Murah tadi? Murah adalah harga yang dianggap lebih rendah dari harga yang berlaku di pasaran. Persepsi harga pasar Outbound Training dengan Outbound Gathering pasti berbeda. Begitu juga Outbound Rafting dengan Outbound Offroad. Dan semua Outbound-Outboung yang lain. Jadi wajar saja jika masing-masing Outbound itu akan merasa bahwa Outbound yang lain banting harga dan menjual Outbound Murah. Yang dijual beda tapi namanya sama, ya wajar aja jadi ada mispersepsi harga Murah tadi.
Ini kita belum bahas kebingungan dari sisi klien lho ya. Bayangkan bila ada klien yg memiliki persepsi bahwa Outbound adalah yang begini-begini sehingga harganya harusnya segini, ternyata dapetnya Outbound yang begitu-begitu dengan harga segitu.
Menurut saya sudah jelaslah biang kerok kenapa terjadi polemik banting-bantingan harga Outbound Murah. Jadi sudah cukup ya bahas polemin banting-bantingan harga murah di Industri Outbound.
Eh tapi meskipun sudah tercerahkan kenapa terjadi polemik mispersepsi harga murah tadi, sampai di sini memang belum menjelaskan hipotesa saya soal Outbound seharusnya memang Murah.
Jadi mari kita lanjut sejenak, mungkin bisa disambi dengan minum kopi biar ga ikut sakit kepala kaya saya karena baca tulisan saya yang (ke)terlalu(an) panjang(nya) ini 🙏
Komentar
Posting Komentar